Senin, 12 Agustus 2013

Memijat istri orang pemalu part 2

Vaginanya sudah mulai basah lagi. Rupanya dia sudah kembali terangsang setelah mengalami orgasme tadi. Aku bentangkan pahanya lebih lebar. Aku lihat, wajah Erna sedikit tegang.
“Santai aja mbak. Aku pelan-pelan kok”
Erna hanya mengangguk pelan sambil tangannya terus mengocok penis Hendra. Matanya tak berkedip memandang penisku.
Akupun perlahan menempelkan kepala penisku di bibir vaginanya. Aku tidak langsung memasukkannya, melainkan menggesek naik turun di garis lubang nikmat itu. Erna melenguh ..”Oohh..”
Ketika aku rasa cairannya sudah semakin banyak, aku masukkan perlahan penisku

“Ahh..pelaann…mass”
Aku tidak menjawab. Penisku aku tarik keluar sedikit, kemudian aku masukkan lagi perlahan. Gila..sempit banget. Penisku terjepit. Padahal masih baru masuk separo.
Erna menggigit bibirnya. Hendra menyorongkan penisnya ke mulut Erna. Seakan tahu kalo penis itu sebagai obat penahan sakit, Erna pun mengulumnya. Kini konsentrasinya terpecah pada penis Hendra. Akupun kembali menekan agak dalam. Bless…Ahh…akhirnya masuk juga seluruh batang penisku.
“EEhhmmmpphh…” Erna berteriak sambil masih mengulum penis Hendra.
Aku diamkan sesaat. Ketika kedutan vaginanya mulai berkurang, aku memompa perlahan. Terasa seret banget. Aku heran juga, “Seperti merasakan anak abg aja”, pikirku.Semakin lama, cairan vaginanya semakin banyak. Aku bisa lebih lancar menggenjot penisku lebih dalam lagi.


Gerakanku semakin cepat. Sementara itu aku lihat hisapan Erna pada penis Hendra juga semakin kuat. Aku lakukan beberapa variasi goyangan dan tusukan pada vagina Erna sehingga dia merasakan gairahnya semakin memuncak. Terlihat dari lenguhannya yang semakin keras dan kocokan pada penis Hendra yang semakin cepat.

Erna melepas hisapannya dan teriak,”Ahh..lebih cepppaatt…teruuss…aku mau kelluarr...la..giii”

Aku percepat gerakanku. Hendra juga menunjukkan tanda-tanda mau keluar. Dia minta istrinya kembali menghisapnya. Sebentar kemudian, aku lihat Hendra memuntahkan spermanya di mulut Erna. “Ahrrgghhh…”, Hendra berteriak tertahan.
Erna menelan sperma suaminya. Beberapa meleleh di sudut bibirnya. Mungkin saking banyaknya
Sementara kocokanku semakin aku percepat lagi. Pantat Erna mengikuti gerakanku…
Dan akhirnya…”Uuurrgghh…….”Erna teriak dan tubuhnya mengejang kaku. Di saat yang bersamaan, aku pun menyemprotkan spermaku. “Ogghhrrhh….” Kepalaku menegadah ke atas menahan nikmat yang luar biasa dahsyat.
Tubuhku lemas. Aku rubuhkan tubuhku diatas tubuh Erna. Sementara Hendra duduk di tepi ranjang . Kami bertiga lemas setelah merasakan kepuasan yang hamper bersamaan.
Aku bisa merasakan dada Erna masih ngos-ngosan.
Hendra mengelus rambut Erna sambil bertanya. “Bagaimana ma?, Enak?”
“Enak,pa. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya”, jawabnya dengan masih ngos-ngosan.
Hari itu kami habiskan waktu di hotel untuk melakukan 3some beberapa kali lagi sampai terasa benar-benar lemas. Hendra terlihat sangat puas. Dia berterima kasih karena akhirnya berhasil merealisasikan fantasinya selama ini.

Memijat istri orang yang pemalau part 1

“Gini aja bro”, jawabku. “ Bilang aja kalo aku cuman mijit aja untuk ngilangin rasa capek. Ga bakal macem2 dan istri kamu bisa nolak kalo pas aku pijit merasa ga nyaman. Kalo masih kurang yakin, bisa ngobrol sama aku lewat hp atau ym.”

Besoknya, Hendra member tau kalo istrinya ingin chat langsung sama aku lewat ym.

“Oke”, jawabku.

Di ym, istrinya memperkenalkan diri bernama Erna (samaran). Dia merasa risih karena suaminya selalu saja minta agar dirinya mau diajak ml sama cowok lain. Padahal dia tidak mau dan tidak suka kalo ada cwok lain menyentuh dirinya. Risih katanya.

“Gini mbak, biar suami mbak ga penasaran lagi, saya bisa bantu. Saya akan pijit mbak Erna di depan mas Hendra. Tapi saya tidak akan macem2 dan cuman mijit aja. Paling tidak, suami mbak udah ga merasa penasaran lagi”, kataku.

“Tapi aku ga mau lho kalo lebih dari itu. Kalo cuma pijit aja sih gapapa. Kebetulan badanku capek semua”, Jawabnya ketus.

“Iya mbak. Saya bisa dipercaya kok”, kataku meyakinkan.

“Tapi aku pengen liat wajah kamu dulu. Bisa liat lewat cam kan?”, katanya masih belum yakin juga. Setelah melihat wajahku, diapun setuju untuk dipijit.Akhirnya kami sepakat minggu depan bakal ketemu di Surabaya..


Hari Sabtu pagi, aku berangkat dari Gresik. Singkat kata, mereka menjemputku di terminal Bungurasih Surabaya.
Hmm…Erna cantik juga ternyata. Aku taksir,tinggi sekitar 160cm dengan berat badan ideal, kulit putih dan hidung mancung.Tapi yang paling menonjol saat aku melihatnya adalah dadanya yang aku taksir berukuran 34b. Hmm..aneh juga ya. Ada suami yang rela dan kepengen istrinya yang cantik dinikmati orang lain di depan dirinya. Ah…masa bodoh, ngapain aku mikirin urusan orang lain. Tujuanku kesini adalah untuk membantu memuaskan orang yang meminta bantuanku.


Sesampai di hotel, aku bersih-bersih badan dulu dan menyiapkan peralatan untuk memijat seperti handuk dan minyak zaitun. Aku sampaikan ke Hendra bahwa ini cuman pijit aja tanpa ada 3some karena Erna tidak bersedia. Hendra pun setuju.

Aku persilakan Erna untuk berbaring tengkurap. Aku mulai dengan memijat telapak kakinya.Ketika pijatan semakin naik, aku minta ijin melepas celana jeans yang dia pakai. “Maaf mbak, kalo ga dilepas nanti kotor kena minyak.”

Erna pun melepas celana jeansya. Aku mulai urut dengan minyak perlahan. Semakin lama semakin ke atas. Saat sampai di bagian paha dalam, dia mulai mendesis..
”Ehhmmm…”sambil sedikit menggeliat.
Aku semakin intens memberikan pijatan di paha dalamnya. Semakin lama jari-jariku semakin menyentuh pangkal paha. HHmm…terasa hangat.Kepalanya dia benamkan ke bantal. Mungkin malu atau tidak kuat menahan rangsangan. Aku tidak tahu. Tapi dia tidak menolak untuk diteruskan.

Aku pijat lagi pahanya tanpa terlihat sengaja menyentuh bukit berbulunya. Oww..udah basah celana dalamnya.
Aku pun minta ijin melepas celana dalamnya dengan alasan yang sama, agar celananya tidak lengket. Dia angkat pantat pertanda tidak keberatan dan akupun langsung melapaskannya.
Aku mulai pijat pantatnya perlahan namun mantap. Aku belum berani terlihat terlalu vulgar dengan menyentuh langsung bagian tengah lubangnya. Aku naikkan pijatanku ke atas sampai bahu. Tangan aku susupkan dari samping menyentuh sisi payudaranya.

Dia mendesis lagi…”Uffhh..”
Kaitan bh nya pun aku lepas dengan seijin Erna dan kemudian melumuri punggungnya dengan minyak zaitun.
Aku sengaja tidak memberikan rangsangan lebih, agar dia merasa penasaran.
“Udah mbak, sekarang telentang”.

Erna membalikkan badannya dan menutupkan handuk sebatas dada sampe pangkal paha. Sambil memejamkan mata, dia pasrah menunggu pijatanku selanjutnya. Tampak kalo dia masih agak malu-malu.Tapi tak apa. Aku yakin dia pasti sudah sangat terangsang.
Aku pijat lengannya menggunakan minyak zaitun sambil aku duduk bersila di sampingnya. Jari-jarinya aku arahkan ke selangkanganku. Ketika ujung jarinya menyentuh bongkahan di celanaku yang mulai membesar, dia menoleh ke arah suaminya yang duduk di sofa agak jauh dari tempat tidur.
Mungkin dia merasa malu kalo-kalo suaminya melihat tangannya yang menyentuh penisku. Tapi Hendra hanya diam saja sambil merokok. Wajahnya tidak menunjukkan reaksi melarang ataupun menyetujui. Karena suaminya cuek, Erna pun tak begitu peduli dengan suaminya lagi. Jari-jarinya yang ada di selangkanganku mulai mengusap-usap perlahan tak kentara. Seakan tak sengaja. Matanya tetap terpejam seakan menikmati pijatanku di lengannya.

“Hmm…udah mulai berani rupanya”, pikirku sambil tersenyum.
Aku tetap pura-pura memijat langan dan pundaknya, padahal penisku udah mulai bergerak membesar.
Pijatanku kuarahkan ke payudaranya. Handuknya aku perosotkan ke bawah. Tampak putingnya yang berwarna coklat muda.sudah mengeras tegak ke atas. Aku urut payudara kanannya dari samping menuju ke tengah. Saat menyentuh putting, tubuhnya menggelinjang sambil mendesah pelan..”eehh…”
Terlihat sekali kalo dia berusaha menahan desahan. Tapi setiap pijatanku menyentuh putingnya, dia kembali menggeliat dan mendesah.’’Ahh…”
Aku lihat Hendra merubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. Sepertinya dia mulai ikut terangsang melihat istrinya aku perlakukan seperti itu.
Erna mempergunakan tangan kirinya untuk menutup mata karena tidak tahan dengan rangsangan yang dia rasakan, Sementara tangan yang ada di selangkanganku mulai berani menggenggam erat penisku. Dia sudah tidak malu-malu lagi mengelus dan mengocok penisku dari luar. Setiap putingnya aku sentuh, genggamannya pada penisku semakin erat.
Aku sengaja tidak memberikan rangsangan ke putting terus menerus. Saat dia mulai terangsang, aku pindahkan tanganku ke perutnya. Berhasil..dia terlihat kecewa dan mulutnya cemberut.
Hehe aku tertawa dalam hati. Aku menoleh kearah Hendra. Diapun mengacungkan jempol pertanda dia suka atas perlakuanku.
Akupun tidak menyia-nyiakan isyarat jempol dari Hendra. Tanganku turun lagi dari perut menuju ke bawah. Aku urut paha Erna dari bawah ke atas. Saat sampai di pangkal paha, aku sentuhkan jari telunjukku tepat di tengah-tengah gundukan vaginanya.
“auuwhh…” Erna berteriak lirih. Sepertinya dia agak terkejut dengan tindakan beraniku. Mungkin dia merasa seperti kesetrum saat jemariku menyentuh liang surganya.Tangannya kembali meremas penisku.
Kali ini gentian aku yang terkejut. Erna tanpa ragu menelusupkan tanganya ke balik celanaku. Kebetulan aku memakai celana kolor tanpa celana dalam, sehingga dengan mudah tangannya masuk menyentuh kulit penisku. Ahh….enak juga pijatannya.
Kini aku semakin berani memijat area vitalnya yang sudah semakin basah. Jari tengahku mengorek garis tengah vaginanya dari bawah ke atas. Saat jariku menyentuk klitorisnya, bisa ditebak, lenguhannya semakin keras dan kocokannya semakin cepat.
Aku masukkan jariku ke dalam lubang. Pelaaann…tapi pasti. Aku tekuk jariku di dalam vaginanya untuk mencari daerah yang menonjol dan kasar. Nah…ketemu!. Ini dia g-spotnya. Akupun menggerak-gerakkna jariku keluar masuk.
“Oohh….oogghh…ooouuwggh..”, Erna sudah tidak bisa membendung suaranya lagi. Dia tidak lagi merasa malu. Yang ada hanyalah nafsu dan gairah yang semakin memuncak. Dia sudah tidak memperdulikan lagi suaminya yang sudah berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah ranjang untuk melihat lebih dekat istrinya yang menikmati perlakuanku.
“Oohh..yeah….ahhh..disitu..teruuss…aahh….”…te riaka nnya semakin tak terkendali. Aku tau sebentar lagi dia pasti akan meledak. Aku percepat kocokan tanganku.
“Ahh…tteeruuuss..akk..kkuu…kkeell….aahh…papaa hh…ak u keluaarrr…ooggghhhh….”, Erna menjerit keras sekali. Pantatnya naik saat aku tekan jariku lebih dalam. Tangan kirinya ternyata sudah dipegang erat sama Hendra. Pantas saja dia teriak “papa” saat orgasme.
Sementara tangan kanannya tetap memegang penisku. Bedanya, dia sudah tidak mengocoknya tapi menggenggam erat sekali karena menahan orgasme yang dahsyat.
Sekitar lima detik tubuhnya mengejang dengan pantat naik keatas. Setelah gelombang orgasmenya mereda, dia seakan kembali ke alam sadar. Dia menoleh ke suaminya sambil tersenyum malu.
“Gimana,ma? Enak?”, Tanya Hendra.
“Ah papa..gitu masih ditanya”, jawab Erna malu sambil mecubit paha suaminya. “Papa ga marah?”, Erna bertanya ragu.
Hendrapun tersenyum, “Kenapa marah? Kan aku yang minta dari dulu tapi kamu ga pernah mau”
“Makasih ya,pa. Tadi benar-benar luar biasa. Mas Iyud tau letak g-spotku”. Erna menyebutku dengan panggilan Mas.
Seakan teringat kalo tangan kanannya masih memegang penisku, Erna menoleh ke arah genggaman tangannya, kemudian dia bertanya ke suaminya, “Pa, boleh ga aku isep punyanya Iyud?”
“Kenapa, ma? Kamu suka?” Hendra malah balas bertanya.
“Iya, habis punya Iyud gede”. Erna menjawab dengan polosnya. Mungkin dia merasa takut kalo suaminya tersinggung, cepat-cepat Erna sambung kata-katanya. “Maaf ya pa. Bukan maksudku kalo punya papa kecil, cuman punya Iyud lebih gede dikit”

Hendra hanya tertawa , “Gapapa,ma. Aku udah tau kok kalo punya Iyud lebih gede. Kan dulu udah ditunjukin fotonya. Kalo mama suka, jangankan diisep. Dimasukin ke punyanya mama, papa ga marah kok”

“Makasih ya, pa.” Erna memeluk tubuh suaminya yang berdiri di samping ranjang dan kemudian mencium bibirnya. Aku cuman tersenyum aja melihat tingkah mereka berdua.


Erna kembali menggenggam penisku yang tadi dilepaskannya.Kini aku berdiri di atas ranjang betumpu pada lutut. Celanaku dipelorotkan ke bawah oleh Erna. Kini di depan wajahnya, terpampang penisku yang sudah mengacung tegak. Matanya sedikit melotot, tapi sedetik kemudian dia sudah bisa menutupi rasa kagumnya.

Wajahnya mendekat perlahan. Dia jilat lubang penisku yang sudah mengeluarkan cairan precum. Hmm..tampak dia menikmatinya. Mulutnya dibuka lebar-lebar seakan ingin menelan seluruh penisku. Kini tampak kepalanya maju mundur memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Sayangnya cuman seperempat dari penisku yang bisa dia telan. Diapun melepas lagi sambil geleng-geleng.“Ahh…ga muat”, katanya. Mungkin dia ingin menelan semuanya.Hihihi..aku cuman ketawa geli dalam hati melihat tingkahnya. Dia masukkan lagi penisku ke dalam mulutnya. Kini dia tidak peduli muat atau tidak, yang dia lakukan hanyalah memaju mundurkan kepalanya sambil menghisap penisku. OOhh….rasanya benar-benar melayang.

Ooo..pantas Erna bilang kalo punyaku lebih besar. Aku liat, penis Hendra panjangnya cuman standar, mungkin 13cm dan diameternya sekitar 3,5cm. Hendra meraih tangan kiri Erna dan diminta untuk mengocok penisnya.

Aku segera ambil inisiatif, “Mbak sekarang tidur telentang ya” Erna nurut. Dia mungkin penasaran apa yang akan aku lakukan terhadapnya. Sambil mengocok penis suaminya perlahan, Erna memperhatikan aku yang mengambil posisi berlutut di depannya. Tanganku menyentuh vaginanya. Erna kembali mendesah, “Ahh..”.Aku ambil kondom di dekat tempat tidur. Erna sadar, sebentar lagi dia akan disetubuhi orang lain di hadapan suaminya. Inilah pertama kalinya dia bersetubuh dengan pria selain suaminya sendiri. Mungkin dia sedikit ragu, tapi tak ada penolakan karena tampaknya diapun ingin merasakan seperti apa rasanya penis orang lain.