Vaginanya sudah
mulai basah lagi. Rupanya dia sudah kembali terangsang setelah mengalami
orgasme tadi. Aku bentangkan pahanya lebih lebar. Aku lihat, wajah Erna sedikit
tegang.
“Santai aja mbak. Aku pelan-pelan kok”
Erna hanya mengangguk pelan sambil tangannya terus mengocok penis Hendra. Matanya tak berkedip memandang penisku.
Akupun perlahan menempelkan kepala penisku di bibir vaginanya. Aku tidak langsung memasukkannya, melainkan menggesek naik turun di garis lubang nikmat itu. Erna melenguh ..”Oohh..”
Ketika aku rasa cairannya sudah semakin banyak, aku masukkan perlahan penisku
“Ahh..pelaann…mass”
Aku tidak menjawab. Penisku aku tarik keluar sedikit, kemudian aku masukkan lagi perlahan. Gila..sempit banget. Penisku terjepit. Padahal masih baru masuk separo.
Erna menggigit bibirnya. Hendra menyorongkan penisnya ke mulut Erna. Seakan tahu kalo penis itu sebagai obat penahan sakit, Erna pun mengulumnya. Kini konsentrasinya terpecah pada penis Hendra. Akupun kembali menekan agak dalam. Bless…Ahh…akhirnya masuk juga seluruh batang penisku.
“EEhhmmmpphh…” Erna berteriak sambil masih mengulum penis Hendra.
Aku diamkan sesaat. Ketika kedutan vaginanya mulai berkurang, aku memompa perlahan. Terasa seret banget. Aku heran juga, “Seperti merasakan anak abg aja”, pikirku.Semakin lama, cairan vaginanya semakin banyak. Aku bisa lebih lancar menggenjot penisku lebih dalam lagi.
Gerakanku semakin cepat. Sementara itu aku lihat hisapan Erna pada penis Hendra juga semakin kuat. Aku lakukan beberapa variasi goyangan dan tusukan pada vagina Erna sehingga dia merasakan gairahnya semakin memuncak. Terlihat dari lenguhannya yang semakin keras dan kocokan pada penis Hendra yang semakin cepat.
Erna melepas hisapannya dan teriak,”Ahh..lebih cepppaatt…teruuss…aku mau kelluarr...la..giii”
Aku percepat gerakanku. Hendra juga menunjukkan tanda-tanda mau keluar. Dia minta istrinya kembali menghisapnya. Sebentar kemudian, aku lihat Hendra memuntahkan spermanya di mulut Erna. “Ahrrgghhh…”, Hendra berteriak tertahan.
Erna menelan sperma suaminya. Beberapa meleleh di sudut bibirnya. Mungkin saking banyaknya
Sementara kocokanku semakin aku percepat lagi. Pantat Erna mengikuti gerakanku…
Dan akhirnya…”Uuurrgghh…….”Erna teriak dan tubuhnya mengejang kaku. Di saat yang bersamaan, aku pun menyemprotkan spermaku. “Ogghhrrhh….” Kepalaku menegadah ke atas menahan nikmat yang luar biasa dahsyat.
Tubuhku lemas. Aku rubuhkan tubuhku diatas tubuh Erna. Sementara Hendra duduk di tepi ranjang . Kami bertiga lemas setelah merasakan kepuasan yang hamper bersamaan.
Aku bisa merasakan dada Erna masih ngos-ngosan.
Hendra mengelus rambut Erna sambil bertanya. “Bagaimana ma?, Enak?”
“Enak,pa. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya”, jawabnya dengan masih ngos-ngosan.
Hari itu kami habiskan waktu di hotel untuk melakukan 3some beberapa kali lagi sampai terasa benar-benar lemas. Hendra terlihat sangat puas. Dia berterima kasih karena akhirnya berhasil merealisasikan fantasinya selama ini.
“Santai aja mbak. Aku pelan-pelan kok”
Erna hanya mengangguk pelan sambil tangannya terus mengocok penis Hendra. Matanya tak berkedip memandang penisku.
Akupun perlahan menempelkan kepala penisku di bibir vaginanya. Aku tidak langsung memasukkannya, melainkan menggesek naik turun di garis lubang nikmat itu. Erna melenguh ..”Oohh..”
Ketika aku rasa cairannya sudah semakin banyak, aku masukkan perlahan penisku
“Ahh..pelaann…mass”
Aku tidak menjawab. Penisku aku tarik keluar sedikit, kemudian aku masukkan lagi perlahan. Gila..sempit banget. Penisku terjepit. Padahal masih baru masuk separo.
Erna menggigit bibirnya. Hendra menyorongkan penisnya ke mulut Erna. Seakan tahu kalo penis itu sebagai obat penahan sakit, Erna pun mengulumnya. Kini konsentrasinya terpecah pada penis Hendra. Akupun kembali menekan agak dalam. Bless…Ahh…akhirnya masuk juga seluruh batang penisku.
“EEhhmmmpphh…” Erna berteriak sambil masih mengulum penis Hendra.
Aku diamkan sesaat. Ketika kedutan vaginanya mulai berkurang, aku memompa perlahan. Terasa seret banget. Aku heran juga, “Seperti merasakan anak abg aja”, pikirku.Semakin lama, cairan vaginanya semakin banyak. Aku bisa lebih lancar menggenjot penisku lebih dalam lagi.
Gerakanku semakin cepat. Sementara itu aku lihat hisapan Erna pada penis Hendra juga semakin kuat. Aku lakukan beberapa variasi goyangan dan tusukan pada vagina Erna sehingga dia merasakan gairahnya semakin memuncak. Terlihat dari lenguhannya yang semakin keras dan kocokan pada penis Hendra yang semakin cepat.
Erna melepas hisapannya dan teriak,”Ahh..lebih cepppaatt…teruuss…aku mau kelluarr...la..giii”
Aku percepat gerakanku. Hendra juga menunjukkan tanda-tanda mau keluar. Dia minta istrinya kembali menghisapnya. Sebentar kemudian, aku lihat Hendra memuntahkan spermanya di mulut Erna. “Ahrrgghhh…”, Hendra berteriak tertahan.
Erna menelan sperma suaminya. Beberapa meleleh di sudut bibirnya. Mungkin saking banyaknya
Sementara kocokanku semakin aku percepat lagi. Pantat Erna mengikuti gerakanku…
Dan akhirnya…”Uuurrgghh…….”Erna teriak dan tubuhnya mengejang kaku. Di saat yang bersamaan, aku pun menyemprotkan spermaku. “Ogghhrrhh….” Kepalaku menegadah ke atas menahan nikmat yang luar biasa dahsyat.
Tubuhku lemas. Aku rubuhkan tubuhku diatas tubuh Erna. Sementara Hendra duduk di tepi ranjang . Kami bertiga lemas setelah merasakan kepuasan yang hamper bersamaan.
Aku bisa merasakan dada Erna masih ngos-ngosan.
Hendra mengelus rambut Erna sambil bertanya. “Bagaimana ma?, Enak?”
“Enak,pa. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya”, jawabnya dengan masih ngos-ngosan.
Hari itu kami habiskan waktu di hotel untuk melakukan 3some beberapa kali lagi sampai terasa benar-benar lemas. Hendra terlihat sangat puas. Dia berterima kasih karena akhirnya berhasil merealisasikan fantasinya selama ini.